Skip to content

Prestasi Kekal

Mari kita mengejar prestasi yang memang Allah kehendaki kita kejar. Jangan mendukakan hati Allah dengan kehidupan yang sia-sia. Allah menyediakan kemuliaan untuk kita yaitu umat pilihan. Jangan sampai kita mengarahkan diri kepada sesuatu yang tidak mulia sebenarnya, tetapi dipandang mulia. Rata-rata semua kita adalah orang-orang yang pernah disesatkan. Kita memandang apa yang dinilai manusia, apa yang dinilai dunia sebagai kemuliaan, kita pun ikut terbawa. Dan kita sibuk dalam geliat untuk mencapai prestasi; prestasi yang kita pandang sebagai kemuliaan. 

Ingat ucapan Yang Mulia Tuhan kita, Yesus Kristus, “apa gunanya kamu beroleh segenap dunia kalau jiwamu binasa?” Apa artinya kita bisa meraih segala sesuatu yang bernilai di mata manusia, padahal itu hanya sekejap. Tetapi kita menyia-nyiakan kekayaan yang mestinya kita bisa miliki, yang oleh karenanya Bapa memberi kesayangan-Nya, Tuhan Yesus. Yang karenanya Yesus, Tuhan kita, rela menderita mati di kayu salib. Jangan meremehkan dan melecehkan Tuhan dengan cara pandang yang sesat itu. Allah menyediakan sesuatu yang benar-benar bernilai mulia, tetapi kita tidak memandang itu sebagai sesuatu yang bernilai atau mulia. 

Ingat, apa yang dikatakan firman Tuhan dalam kitab Ibrani, “jangan seperti Esau yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan.” Dan ketika ia berusaha untuk memilikinya, ia tidak punya kesempatan. Jadi selagi jantung kita berdetak, nadi kita berdenyut, ada tarikan nafas, artinya masih ada kesempatan. Jangan menukar dengan semangkuk makanan, sepiring makanan; sesuatu yang fana. Kita harus serius memperkarakan ini. Jangan hanya pada waktu kita di gereja, tetapi sejak hari ini; hari-hari hidup, minggu, bulan, tahun-tahun hidup kita harus sungguh-sungguh serius mempersoalkan hal ini. 

Ada kalimat yang luar biasa di Roma 8:17 yang sering lolos dari pengamatan kita. “Jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris.” Ahli waris dari Allah semesta alam yang menciptakan langit dan bumi, yang memiliki segala kuasa, kemuliaan dan kerajaan. Kita adalah orang-orang yang berhak menerima semua itu. Jadi, ayat 2 Korintus 8:9 jangan kita pahami keliru, seakan-akan kalau kita sudah percaya Tuhan Yesus Kristus, otomatis kita menjadi kaya. Lebih rusak lagi kalau kata “kaya” di sini diberi makna, diisi pengertian kekayaan materi. “Dia yang kaya jadi miskin, supaya kita yang miskin jadi kaya.” Kaya secara materi, itu lebih menyesatkan. 

Kita tidak menolak kenyataan orang-orang yang diberkati secara materi oleh Tuhan, tetapi kalau ayat ini hanya ditujukan kepada materi, itu pasti dari kuasa kegelapan. Jadi, hati-hati dengan teologi kemakmuran yang tidak tepat. Prosperity theology. Kita percaya kemakmuran di dalam Tuhan yang Tuhan berikan bagi kita adalah supaya kita mengawal pekerjaan Tuhan. Bukan untuk kesenangan dan kepuasan diri kita. Tetapi kita harus sungguh-sungguh memandang bahwa kemakmuran duniawi tidak ada artinya jika dibanding dengan kekayaan Allah, yaitu kemuliaan. Kita kiranya mengingat ini, menuliskan, menggoreskannya di dalam hati kita. 

Kita adalah anak-anak Allah, ahli waris. Ahli waris, maksudnya orang yang berhak menerima janji-janji Allah. Janji untuk menerima kemuliaan bersama dengan Kristus, yaitu—ini penting—jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Jadi, tidak otomatis. “Dia yang kaya jadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh kemiskinan-Nya,” itu tidak otomatis. Apalagi kalau kata “kaya” itu diberi pengertian, diisi pengertian “kekayaan materi.” Ini meleset. Kalau suatu hari kita memandang kekekalan yang dahsyat, berhadapan dengan Tuhan dan menyaksikan kemuliaan yang hari ini tidak bisa dibahasakan dengan kata, kalimat bahkan narasi, kita akan berpikir apa pun kita rela korbankan demi kemuliaan ini. 

Jadi, kita harus sudah punya penglihatan yang jauh, visi yang jauh, yaitu kemuliaan bersama dengan Kristus. Dan ini bukan satu fantasi. Kalau kita hayati hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun, itu menjadi sesuatu yang yang nyata di dalam penglihatan kita. Kita bukan hanya bisa mengimani, tetapi merasakannya sejak kita hidup di bumi. Dan ini pasti seiring dengan ketika kita mulai melepaskan ikatan-ikatan dengan dunia, menyembelih daging kita dan mematikan keinginan-keinginan dosa.

Dan kalau firman Tuhan mengatakan: “kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan,” kalau firman Tuhan mengatakan: “kamu harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan,” itu berarti ada usaha dan perjuangan untuk berprestasi dalam prestasi kekekalan atau memiliki kemuliaan bersama Kristus haruslah segenap hati. Yang lain, itu support; dukungan. Satu-satunya yang kita perjuangkan adalah kemuliaan bersama Kristus. Kalau orang-orang muda atau orang Kristen baru masih 30-40-50%, mungkin Tuhan maklum. Tetapi kalau kita dari kecil Kristen, dan umur biologis kita sudah 60-65 tahun tetapi kita belum punya kebulatan tekad untuk memiliki kemuliaan bersama Kristus, ada yang salah dalam hidup kita. Celaka, kita. Karena menghabiskan tahun-tahun umur hidup hanya untuk sesuatu yang lenyap sekejap. Tidak salah memiliki rumah tangga yang ideal, pangkat, gelar, kedudukan pangkat, kekayaan; sebab Tuhan memang memberkati kita dengan semua itu. Ingat, semua itu untuk kemuliaan Allah dan mendukung pencarian dan pergumulan kita untuk memiliki prestasi abadi. 

Satu-satunya yang kita perjuangkan adalah kemuliaan bersama Kristus, karena itu adalah prestasi kekal kita