Skip to content

Kejutan Hidup

Kalau seseorang tidak mengalami guncangan, sering ia tidak mengenali adanya realitas. Apalagi kalau selalu dalam keadaan nyaman, semua aman dan banyak fasilitas yang mendukung, maka ia tidak akan menyadari adanya realitas. Tetapi kalau ia terkena guncangan, misalnya jatuh bangkrut—yang tadinya tinggal di rumah besar, sekarang rumah kontrak kecil, banjir-kebanjiran, makan sehari-hari sulit—barulah ia menyadari adanya realitas. Atau seesorang yang tidak pernah sakit, tiba-tiba dokter mengatakan bahwa ada penyakit kanker atau tumor di stadium akhir, maka baru orang menyadarinya. Atau terlibat masalah hukum di mana ia harus menghadapi tuntutan hukum yang bisa membawanya ke jeruji penjara 10-15-20 tahun, apalagi hukuman mati, maka baru orang menyadari adanya realitas. Kecelakaan sampai kehilangan bagian tubuh. Atau ditinggal orang yang dicintai pada waktu yang tidak diduga. Banyak realitas seperti ini.

Tetapi mestinya kita tidak usah menunggu adanya realitas atau menghayati realitas hidup, namun kita sudah harus menghayati realitas itu ketika kita memperhadapkan diri kita di hadapan Tuhan. Tuhan adalah realitas yang lebih dahsyat dari segala realitas. Kita perhadapkan diri kita di hadapan Allah, kalau-kalau ada sesuatu yang tidak patut yang masih kita lakukan. Sebab ini yang terjadi, yang pasti akan terjadi dalam hidup manusia, bahwa kita akan menghadap takhta pengadilan Allah. Setelah itu manusia akan menghadapi realitas, neraka kekal terpisah dari Allah atau kemuliaan di dalam Kerajaan Surga. Tentu kemuliaan di dalam Kerajaan Bapa adalah realitas yang indah, yang mestinya menjadi tujuan hidup kita satu-satunya. Sedangkan realitas api kekal terpisah dari hadirat Allah, kehinaan kekal, itu realitas negatif yang mengerikan, dahsyat mengerikan! 

Kita harus mulai menyadari realitas, walau tidak harus mengalami kejutan atau mestinya tidak perlu harus mengalami kejutan hidup. Tetapi kalau kita harus mengalami kejutan dan kejutan itu membuat kita siuman, sadar, puji Tuhan. Tuhan mengizinkan kita dikejutkan oleh masalah-masalah yang membuka mata kita terhadap realitas. Dan itu merupakan pengingat (reminder). Tuhan mengingatkan bahwa ada realitas dalam kehidupan ini. Artinya tidak selalu manusia bisa berkeadaan baik menurut ukuran kita atau ukuran manusia pada umumnya. Tapi kita bisa mengalami keadaan yang buruk, menurut ukuran kita atau ukuran manusia. 

Namun, seburuk-buruknya keadaan manusia di bumi ini, tidak ada artinya dibanding dengan keadaan terpisah dari Allah, yang terbuang ke dalam api kekal. Realitas itulah yang harus benar-benar kita perhatikan. Namun, kalau kita melihat kehidupan banyak orang Kristen, mereka tidak menyadari hal ini. Bahkan mungkin kita sendiri juga sering tidak menyadari. Hal itu nampak dari sikap hidup, perbuatan, ucapan kita yang tidak menunjukkan hormat kita kepada Tuhan, yang tidak menunjukkan belas kasihan kita kepada orang lain; sebaliknya, yang justru menunjukkan kekejaman, kebencian, dendam. Ini adalah ciri orang-orang yang tidak peduli kekekalan. Tidak peduli kengerian terpisah dari Allah. 

Kalau kita mendengar, melihat, bagaimana orang-orang berperilaku, tidak menunjukkan mereka takut akan Allah, kita tidak boleh ikut-ikutan yang salah. Kita tetap mau menyediakan waktu kita untuk mencari Tuhan, mengoreksi diri untuk hidup di dalam kebenaran dan kesucian Tuhan. Kita dianggap ekstrem tidak apa-apa. Dan mungkin juga mendapat berbagai celaan, tidak masalah. Kita yang harus mengobarkan gairah untuk mencari Tuhan, hidup dalam kekudusan dan kesucian, keberkenanan di hadapan Allah, sesuai dengan apa yang Alkitab ajarkan. 

Bagi kita yang rendah hati, yang mau belajar, kita bisa membuktikan bahwa kebenaran-kebenaran yang kita dengar di Truth.id, Doa Pagi, Ibadah Raya, ABAM, Wanita Surgawi, dan lain-lain semua mengarahkan kita kepada perubahan yang positif. Dan ini menjadi kesaksian dari banyak orang yang sudah kita dengar lewat berbagai kesaksian; betapa hidup mereka diubah. Ini bukan untuk kesombongan kita, bukan untuk nilai diri, melainkan supaya kita tetap setia di tengah keadaan yang sulit. Milikilah hubungan yang benar dengan Tuhan, milikilah intimasi dengan-Nya.

Kita harus mulai menyadari realitas, walau tidak harus mengalami kejutan atau mestinya tidak perlu harus mengalami kejutan hidup.