Skip to content

Mengenali Diri

Di dunia kita hari ini, kalau kita tidak sungguh-sungguh bertemu dengan Tuhan setiap hari, maka kita tidak akan mengenali diri kita sendiri dengan benar. Sering kita tanpa sadar merasa khawatir, takut, dan tidak mempercayai Allah. Sadarkah kita bahwa itu melukai hati Bapa? Seakan-akan Dia tidak ada, seakan-akan Dia tidak hadir, seakan-akan Dia tidak peduli, sehingga ada perasaan takut yang merambat dan menguasai kita. Padahal, salah satu ciri dari mereka yang masuk neraka adalah penakut (Why. 21:8). 

Di sisi lain, tanpa kita sadari, kita sering sombong, merasa lebih baik dari orang lain, lebih benar, lebih cakap, lebih pandai, lebih cerdas. Manifestasi dari sikap itu akan nampak pada waktu kita berbicara dengan tidak segan-segan kita menjatuhkan orang. Entah kita menyebut nama orang dengan inisial atau terang-terangan. Kita menjadi sombong dan itu tidak diajarkan Tuhan. Tanpa kita sadari pula, kita masih materialistis, masih berharap bahwa dunia akan memberi kelengkapan, sukacita, dan kebahagiaan dengan berbagai fasilitas. 

Tanpa disadari, ternyata kita belum benar-benar mengasihi orang, apalagi kalau orang itu memusuhi, menjahati, merusak nama baik kita, membunuh karakter kita. Mungkin dari mulut kita mengatakan, “Ya, tidak apa-apa,” tetapi hati kita marah, dendam. Ada kebengisan di hati kita terhadap orang-orang yang menurut kita melukai dan merugikan. Sering kita tidak sadar masih ada dosa-dosa yang kita lakukan di dalam hati dan batin kita. Mari kita jujur memeriksa batin kita. 

Sejatinya, kita membutuhkan penerangan dari Tuhan, sebab kesucian yang dikehendaki Allah untuk dicapai adalah kesucian Allah Bapa sendiri. Kudus seperti Bapa kudus, suci seperti Bapa suci. Jadi tinggi sekali standarnya. Bayangkan kalau kita tidak benar-benar bertemu dengan Tuhan, kita tidak bisa melihat keadaan diri kita dengan jelas, maka kita tidak dapat menemukan keadaan diri kita dengan benar. Sungguh, itu membahayakan kehidupan kekal kita. Kalau tiba-tiba kita meninggal dunia, pasti kita tidak akan tahan berdiri di hadapan Allah. 

Karenanya, perjumpaan dengan Tuhan itu mutlak. Bukan hanya menaikkan doa permohonan, atau menyembah Tuhan dengan syair lagu dan alunan nada, melainkan dengan hati yang terbuka. Kita mau dikoreksi oleh Tuhan, dikenali oleh Tuhan. Mari kita berdoa agar Tuhan membuka mata pengertian kita, agar kita bisa mengenali diri kita secara utuh, secara penuh, secara clear. Jika ada dosa-dosa yang masih kita lakukan atau kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak berkenan di hadapan Tuhan yang masih kita perbuat, kita segera minta ampun kepada Tuhan. Dan kita benar-benar mengubah diri. Proses ini tidak berlangsung hanya dalam satu minggu, satu bulan atau satu tahun. Ini berlangsung terus sampai kita mati, sampai kita menutup mata. 

Perjumpaan dengan Tuhan setiap hari itu mutlak, karena pada saat itulah kita mendapatkan penerangan, pencerahan dari Tuhan untuk mengenali diri kita dengan benar. Tidak cukup dengan membaca buku, belajar teologi di perpustakaan, mendengar ceramah, tetapi kita harus bertemu langsung dengan Tuhan dan mendapatkan pencerahan dari Dia. Dunia kita sekarang berada dalam gelap dan kacau. Orang bisa bicara apa saja di media sosial dan mengaku mengerti firman Tuhan, mengaku dirinya cakap, pintar. Kiranya, Roh Kudus menolong kita untuk membedakan hamba Tuhan yang palsu dan hamba Tuhan yang sejati. 

Semua kita sebagai jemaat Tuhan, sudah saatnya tidak bergantung kepada siapa pun, termasuk kepada pendeta. Kalau dulu sedikit-sedikit datang ke pendeta minta didoakan, maka sekarang tidak lagi begitu. Sudah saatnya masing-masing individu mencari dan menemukan Tuhan. Milikilah perjumpaan pribadi dengan Allah. Itulah sebabnya kita mencanangkan 24 jam di hadapan Allah. Maksudnya kita semua, bukan hanya pendeta atau aktivis gereja, tetapi semua kita. Semua kita harus memiliki intimasi, hubungan yang akrab, yang karib dengan Tuhan. Jadi, jemaat Tuhan jangan bergantung lagi kepada pendeta. 

Bukan salah mendapat bimbingan atau mentoring dari gereja melalui pendeta, tidak salah—harus memang demikian—tetapi seiring berjalannya waktu, kita menjadi dewasa, menjadi tua dan tidak lama kita akan meninggal dunia, maka kita harus memiliki perjumpaan pribadi dengan Allah. Jangan menjadi Kristen yang tidak bertumbuh, yang hanya bergantung pada doa pendeta, tumpang tangan pendeta. Kita harus langsung bisa bertemu dengan Tuhan, bisa konseling dengan Tuhan dan Tuhan pasti berbicara kepada kita. Inilah yang Tuhan kehendaki. Maka, carilah Tuhan, temukan Tuhan, agar kita dapat mengenali diri kita sendiri dengan baik. Minta ampun jika berdosa dan jangan ulangi perbuatan yang salah, yang tidak berkenan di hadapan-Nya. 

Perjumpaan dengan Tuhan setiap hari adalah mutlak, karena pada saat itulah kita mendapatkan pencerahan dari Tuhan. untuk mengenali diri kita dengan benar.