Skip to content

Mengarahkan pada Kekekalan

Bahaya atau masalah yang Tuhan izinkan terjadi di sekitar kita atau ada di sekitar kita, seharusnya menarik kita untuk mencari perlindungan yang teguh dan sempurna. Ketika kita mencari Tuhan untuk masalah-masalah hidup di mana kita merasa terancam, sejatinya Tuhan mengarahkan kita kepada kekekalan. Kalau hanya masalah kesehatan, Tuhan bisa jawab. Itu kecil bagi Tuhan. Kalau hanya masalah kebangkrutan, Tuhan bisa pulihkan. Kalau hanya masalah rumah tangga, Tuhan bisa selesaikan juga. Kalau hanya masalah mandul, tidak punya jodoh, Allah mudah memberi jalan. 

Tetapi yang sulit adalah hal kekekalan, yaitu ketika karakter kita tidak baik, tidak menghormati Tuhan dan hidup sembarangan. Maka, kira-kira Tuhan mau berkata, “Capai Aku, raih Aku, dan Aku akan memberikan kamu perhatian khusus. Kalau engkau menghargai Aku, Aku akan menghargai kamu, dan engkau akan menjadi orang istimewa bagi-Ku. Engkau bukan saja Kulindungi dalam hidupmu selama di dunia, tetapi yang penting di kekekalan.” Dunia ini akan berguncang lebih hebat, perang Ukraina saja sudah menegangkan, apalagi bagi orang Eropa. Kalau sampai perang pecah, senjata pemusnah massal digunakan, sekejap Eropa menjadi padang gurun. Lalu minta tolong kepada siapa? Kekuatan apa yang bisa menolong manusia? Mereka mulai memandang Tuhan. Mestinya demikian, tetapi kalau mereka memandang Tuhan, masalahnya bukan sekadar lolos dari nuklir, tetapi lolos dari api kekal. 

Jadi kita harus hidup suci untuk melawan persoalan-persoalan hidup. Pasti kita dapat menyelesaikan dan menang menghadapi berbagai persoalan hidup dan segala kebutuhan yang menekan hidup kita. Lawan dengan kesucian, pasti Tuhan akan memberi jalan keluar. Kita pasti memperoleh kemenangan. Sesungguhnya, target kita bukanlah masalah-masalah fana. Kebangkrutan misalnya, jika kita hidup suci, Tuhan bisa pulihkan. Masalah sakit, cacat; jika kita hidup suci, Tuhan bisa pulihkan. Tetapi, akhirnya bukan masalah sakit atau masalah ekonomi, karena kekekalanlah yang dikehendaki Tuhan menjadi target. Maka, di akhir zaman, Tuhan mengizinkan akan ada banyak bahaya. Perang, gempa bumi, kelaparan, konflik antarmanusia yang namanya konflik horizontal, krisis ekonomi seperti dinubuatkan oleh Alkitab. Semua ini menjadi peringatan terakhir bagi dunia dan manusia agar memandang Tuhan, lalu melihat apa yang lebih indah, lebih baik dari apa pun yang ada di dunia ini. 

Pelayan Tuhan seharusnya tidak hanya mengurusi mengenai masalah-masalah fana, apakah itu masalah kesehatan, atau masalah ekonomi. Bukan hanya itu. Tentu para hamba Tuhan harus peduli. Tetapi lebih dari masalah kesehatan, masalah ekonomi, dan masalah-masalah lainnya, para hamba Tuhan juga harus mengajak umatnya untuk memberikan fokus kepada masalah kekekalan. Kalau kita bisa mengerti masalah kekekalan, maka masalah-masalah yang kita hadapi menjadi tidak berarti. Menjadi kecil. Contoh sederhana, kalau ada tsunami setinggi 50 meter menerpa kota kita misalnya, maka masalah rumah tangga kita jadi kecil, bukan? Masalah ekonomi kita jadi kecil. 

Coba kalau terjadi perang. Perang yang menggunakan senjata pemusnah massal seperti nuklir. Semua masalah kita jadi kecil. Kita dihina orang, diinjak-injak orang, jadi bukan masalah lagi. Itu baru bencana di bumi. Apalagi bencana di kekekalan. Kalau kita melihat kekekalan yang dahsyat, maka masalah kita hari ini tidak ada artinya. Apakah kita tidak punya rumah, belum punya jodoh, tertindas, menderita sakit, memiliki cacat; semua tidak ada artinya, jika dibanding dengan dahsyatnya kekekalan, dahsyatnya api kekal, ketika seseorang terpisah dari Allah. Makanya bahaya-bahaya kecil yang Tuhan izinkan terjadi sekarang, idealnya harus membuka mata kita untuk melihat bahaya yang lebih besar. Kalau Tuhan izinkan kita mengalami masalah, banyak ancaman, maka harus kita memandang Tuhan, karena Tuhan mau memedulikan kita. Capailah Tuhan dengan kekudusan. Lawan masalah kita, kebutuhan kita dengan kekudusan. Allah pasti pedulikan. 

Ternyata, ketika kita mencapai Allah, menggapai Allah, kita melihat bahwa ada bahaya yang lebih besar dari bahaya-bahaya yang kita alami di dunia. Tidak ada masalah besar kecuali terpisah dari hadirat Tuhan. Tidak ada kegagalan yang sesungguhnya atau yang sejati, kecuali terpisah dari hadirat Allah. Apa pun masalah kita, menjadi tidak berarti, menjadi kecil kalau kita memandang Tuhan, dan diajar melihat realitas hidup yang dahsyat. Lebih dahsyat dari sakit kanker, kebangkrutan, dikhianati pasangan hidup. Lebih dahsyat dari apa pun, yaitu ketika kita terpisah dari hadirat Allah. Maka, kejarlah kekudusan. 

Kalau Tuhan izinkan kita mengalami masalah, maka harus kita memandang Tuhan, karena Ia mau mengarahkan kita pada kekekalan.